Rabu, 15 Mei 2013

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya makalah yang berjudul “Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW. Keluarga, Sahabat serta Umatnya yang senantiasa mengikuti dan mengamalkan ajarannya.
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosial budaya di masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser memerlukan konsep-konsep dalam menganalisa proser pergeseran masyarakat dan kebudayaan dalam sebuah penelitian Antropologi dan Sosiologi yang disebut Dinamika Sosial (Social Dinamic).
“Tak ada Gading Yang tak retak” begitulah kata pepatah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi setiap pembacanya.
                                                                                               
                                                                                                Lasusua, 10 November 2012
                                                                                                
                                                                                                 
                                                                                                Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Effendi, R (2006) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyaknya bersifat kekalm berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
E.B Taylor (2007) mengungkapkan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Koentjaraningrat (2003) mengungkapkan bahwa untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangann penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial diantara konsep-konsep yang terpenting ada yang mengenai proses-proses belajar kebudayaan sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. selain itu ada proses perkembangan kebudayaan umat manusia (atau evolusi kebudayaan) Dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana hingga yang makin lama makin kompleks yang dilanjutkan dengan proses penyebaran kebudayaan–kebudayaan yang terjadi bersama dengan perpindahan bangsa-bangsa dari muka bumi. Proses lainnya adalah proses perkenalan budaya-budaya asing yang disebut “proses akulturasi” dan proses pembaruan yang disebut  “asimilasi” dan yang berkaitan erat dengan penemuan baru yang disebut “inovasi”.

B.        Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.      Apa konsep-konsep mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan?
2.      Bagaimana proses belajar kebudayaan sendiri?

C.        Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah untuk mengetahui konsepsi-konsepsi mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan, proses belajar kebudayaan sendiri, proses evolusi sosial, proses difusi, akulturasi dan pembaharuan atau asimilasi dan perubahan atau inovasi.


BAB II
PEMBAHASAN
DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

A.    Konsepsi-Konsepsi Mengenai Khusus Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan
Dalam Bab ini, konsep yang kita perlukan apabila kita ingin menganalisa secara ilmiah gejala-gejala dan kejadian-kejadian sosial budaya disekeliling kita sebagai proses yang sedang berjalan dan bergeser.  semua konsep yang kita perlukan apabial kita ingin menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan , termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial.
Diantara konsep yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat yang bersangkutan, yaitu internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Ada juga proses perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya yang sederhana, sehingga bentuk-bentuk yang lama semakin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan. Kemudian dap roses penyebaran kebudayaan secara geografi terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa dimuka bumi, yaitu proses difusi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akullturasii dan asimilasi. Akhirnya ada proses pembaruan atau inovasi yang sangat erat kaitannya dengan penemuan baru yang disebut inovasi dan invention.

B.        Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
1.      Proses Internalisasi
Koentjaraningrat (2003) mengunkapkan bahwa proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya, sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya.
Menurut Effendi, R (2006) internalisasi adalah proses pengembangan potensi yang dimiliki manusia yang dipengaruhi, baim lingkingan internal dalam diri manusia itu maupu  eksternal, yaitu pengaruh dari luar manusia.
Dapat disiimpulkan, bahwa proses internalisasi merupakan proses pengembangan atau pengolaan potensi yang dimiliki manusia, yang berlangsung sepanjang hayat, yang dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun eksternal.
Menurut Fathoni, A (2006), proses internalisasi tergantung dari bakat yang dipunyai dalam gen manusia untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu dan emosinya. tetapi semua itu juga tergantung pada pengaruh dari berbagai macam lingkungan sosial dan budayanya. Contoh: Bayi yang lahir terus belajar bagaimana mendapatkan perasaan puas dan tidak puas.

2.      Proses Sosialisasi
Menurut Fathoni, A (2006), proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam prose situ seseorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu disekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang munkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Koentjaraningrat (2003) individu dalam masyarakat yang berbeda-beda akan mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda karena prose situ banyak ditentukan oleh susuanan kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan.
Menurut Effendi, R (2006) syarat terjadinya proses sosialisasi adalah:
a.       Individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak dimasyarakat.
b.      Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis dan berbicara.
c.       Pengendalian fungsi-funsi organic harus dipelajari melalui latihan-latihan.
d.      Individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada masyarakat.

3.      Proses Akulturasi
Menurut Kuntjaraningrat (2003), mengemukakan bahwa proses akulturasi merupakan proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat. system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang
Sejak kecil proses akulturasi sudah dimulai dalam alam pikiran manusia, mula-mula dari lingkungan keluarga, kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat dengan meniru pola perilaku yang berlangsung dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu prosen akulturasi disebut juga dengan pembudayaan.
Akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan satuan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kebudayaan itu sendiri.
Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri.

C.        Proses Evolusi Sosial
1.      Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa secara mendetail (microscopic), tetapi dapat juga dilihat secara keseluruhan dengan memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (macroscopic). Proses-proses sosial budaya yang dianalisa secara detail dapat memberi gambaran mengenai berbagi proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dari suatu masyarakat. Proses evolusi sosial budaya secara macroscopic yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut “proses-proses pemberi arah” atau directional processes.
2.      Proses-proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya
Dalam Antropologi, perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial buadaya baru timbul sekitar tahun 1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat sebelumnya, Para ahli antropologi umumnya hanya memperhatikan adat istiadat yang  lazim berlaku dalam masyarakat yang mereka teliti,  tanpa memperhatikan sikap, perasaan serta tingkah laku para individu yang bertentangan dengan adat istiadat.
Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan 2 (dua) konsep yang berbeda, yaitu:
a.       Kebudayaan sebagai kompleks dari konsep norma-norma, pandangan-pandangan dan sebagainya yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya).
b.      Kebudayaan sebaga sebagai serangkaian tindakan yang konkrit dimana para individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial).
Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan dan dengan mempelajari konflik-konflik yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat  pada umumnya.
3.      Proses Mengarah dalam Evoksi Kebudayaan
Apabila evolusi masyarakat dan kebudayaan dipandang darii suatu jarak yang jauh dengan suatu interval yang panjang, (misalnya beberapa ribu tahun), akan menetukan arah dari sejarah perkembbangan dari masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.

D.        Proses Difusi
1.      Penyebaran Manusia
Ilmu antropologi telah memperkirakan bahwa mahluk manusia dari suatu daerah dimuka bumi, yaitu sabana tropical di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Ini dapat diterangkan dengan adanya proses migrasi yang disertai dengan prose penyesuaian atau adaftasi fisik dan sosial budaya dari manusia dalam jangka waktu berates ribu tahun lamanya.
Ditinjau dari segi penelitiannya maka kita dapat membayangkan berbagai macam sebab dari migrasi yang lambat dan otomatis, serta peristiwa yang menyebabkan migrasi cepat dan mendadak.
Migrasi lambat dan otommatis adalah sejajar dengan perkembangan dari manusia yang selalu banyak jumlahnya, sejak masa timbulnya dimuka bumi hingga sekarang. Prose evolusi ini menyebabkan manusia senantiasa memerlukan daerah yang makin lama makin luas.
2.      Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok masyarakat dimuka bumi ini, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut.
Dalam zaman modern seperti saat ini, penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak lagi mengikuti migrasi-migrasi kelompok, melainkan tanpa kontak langsung antar individu yang berbeda, ini disebabkan sekarang sudah banyak media-media yang membantu mempercepat persebaran kebudayaan dari satu tempat ketempat lain, seperti Televisi, radio, surat kabar dan sebagainya.

E.        Akulturasi dan Pembaruan atau Asimilasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
Asimilasi timbul bila ada:
1.      Golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
2.      Saling bergaul langsung secara intensif dalam waktu yang lama.
3.      Kebudayaan golongan tadi berubah sifat dan wujudnya menjadi kebudayaan campuran. Golonga minoritas mengubah sifat khas unsur kebudayaan dan masuk kebudayaan mayoritas.
5 (lima) golongan masalah akulturasi, yaitu:
1.      Masalah metode untuk observasi, mencata dan melukiskan suatu proses akulturasi yang terjadi.
2.      Masalah unsur kebudayaan asing yang mudah diterima dan yang sukar diterima.
3.      Masalah unsur apa yang mudah diganti dan tidak mudah diganti atau diubah.
4.      Masalah individu yang cepat dan sukar menerima.
5.      maslah ketegangan dari krisis sosial akibat akulturasi
Dalam peneltian jalannya suatu proses akulturasi, seorang [peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa soal khusus, yaitu:
1.      Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi berjalan.
2.      Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing.
3.      Saluran-saluran yang dimulai oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam kebudayaan penerima.
4.      Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi.
5.      Reaksi individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.

F.         Pembaharuan atau Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi dan dibuatnya produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya  merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap discovery dan invension.
Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah sebagai berikut:
1.      Kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan.
2.      Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
3.      Sistem perangsang bagi kegiatan mencipta.
Penemuan baru seringkali terjadi saat ada suatu krisis masyrakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada disekelilingnya.


BAB III
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.      Konsep yang diperlukan untuk menganalisa prose-proses pergerakan masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut Dinamika Sosial. Dari konsep dinamika sosial dapat ditarik beberapa konsep sederhana, yaitu:  konsep proses belajar kebudayaan oleh masyarakat itu sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi, dan enkulturisasi.
2.      Dalam proses evolusi sosial dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a.       Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial.
b.      Proses-proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya.
c.       Proses Mengarah dalam Evoksi Kebudayaan.
3.      konsep proses penyebaran kebudayaan-kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan perpindahan bangsa-bangsa dimuka bumi disebut  proses difusi.
4.      Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
5.      Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi dan dibuatnya produk-produk baru.
B.        Saran
Sebagai Penulis, kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar penyusunan makalah ini bisa mencapai kesempurnaan.


Dinamika Masyarakat Dan KebudayaanDinamika Masyarakat dan Kebudayaan